Kamis, 25 Desember 2014

PAPARAN PANAS

A. Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman dapat disebabkan antara lain oleh adanya paparan panas di lingkungan kerja. Paparan panas terjadi ketika tubuh menyerap atau memproduksi panas lebih besar daripada yang diterima melalui proses regulasi termal. Indonesia mempunyai iklim tropis dengan karakteristik kelembaban udara yang tinggi (dapat mencapai 80%), temperatur udara relatif tinggi (dapat mencapai ± 350C), serta radiasi matahari yang panas dan mengganggu.
Kondisi termal tersebut dapat mempengaruhi kinerja pekerja baik yang bekerja di luar maupun di dalam bangunan. Efektivitas kinerja para pekerja di dua lokasi kerja tersebut sangat dipengaruhi oleh kenyamanan lingkungan kerja tempatnya berada terutama bagi para pekerja yang berada di dalam bangunan atau gedung.

B. Definisi Paparan Panas (Heat Stress)
Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia dan faktor non-iklim yaitu dari panas metabolisme tubuh, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi. Sedangkan regangan panas (heat strain) merupakan efek yang diterima tubuh manusia atas beban tekanan panas tersebut.

C. Pengukuran Paparan Panas
Suhu udara diukur dengan termometer dan disebut suhu kering, sedangkan suhu basa dan kelembaban dapat diukur bersama- sama dengan “ sling psychrometer” atau arsmann psychrometer”

Tujuan dari identifikasi bahaya tekanan panas yaitu untuk; menghitung indeks tekanan panas melalui pengukuran faktor-faktor eksternal lingkungan yang mempengaruhi tekanan panas, meliputi ; kelembaban, kecepatan angin, suhu kering, suhu basah dan suhu radiasi; untuk melakukan evaluasi terhadap kesehatan pekerja akibat paparan tekanan panas, yaitu melalui pengukuran tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi dan suhu tubuh pekerja.

D. Pengaruh Paparan Panas pada Pekerja

1. Heat Stroke
Heat stroke adalah akibat yang paling serius dari bekerja di lingkungan panas. Hal ini terjadi karena sistem pengatur suhu tubuh tidak mampu mempertahankan suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat (keringat terhenti). Suhu tubuh naik secara dramatis, dan korban mengalami gannguan mental serta kejang-kejang. Jika hal ini terjadi, korban harus segera dikeluarkan dari area panas dan ditempatkan diarea dingin, tubuhnya harus dibasahi dengan kain basah untuk menurunkan suhu tubuhnya sebagai pertolongan pertama. Selanjutnya korban harus dibawa kerumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih lanjut. Jangan sampai terlambat karena bisa berakibat kematian.

Heat Exhaustion
Heat exhaustion atau kelelahan panas dapat mengalami beberapa gangguan klinis yang dapat menyerupai gejala awal heat stroke. Kelelahan panas diakibatkan oleh hilangnya sejumlah besar cairan tubuh melalui keringat, kadang-kadang disertai kehilangan cairan elektrolit yang berlebihan. Pekerja yang mengalami kelelahan panas masih berkeringat tetapi mengalami kelelahan, pusing, mual atau sakit kepala. Dalam kasus yang lebih serius, korban bisa muntah atau hilang kesadaran, kulit basah atau lembab, pucat atau memerah dan suhu tubuh normal atau sedikit diatas normal. Pada kondisi ini korban harus segera dipindahkan ketempat yang dingin untuk mendapatkan perawatan dan istrihat yang cukup.

Heat Cramps
Heat cramps atau kram panas adalah terjadinya kram atau kejang pada otot-otot akibat kehilangan cairan elektrolit, meskipun sudah minum air secukupnya namun tidak bisa menggantikan garam didalam tubuh, bahkan air yang diminum mengencerkan cairan elektrolit yang ada didalam tubuh dan semakin mempermudah cairan elektrolit tersebut keluar dari tubuh sehingga kadar cairan elektrolit makin rendah, dan hal ini menyebabkan otot mengalami kram yang menyakitkan. Biasanya kram dapat terjadi pada otot kaki, lengan, atau perut. Biasanya otot-otot yang lelah akan lebih mudah kram. Kram dapat terjadi selama satu atau setengah jam, dan dapat dipulihkan dengan meminum cairan yang mengandung elektrolit atau garam.

Fainting
Fainting atau pingsan  bisa terjadi bagi pekerja yang tidak terbiasa bekerja dilingkungan panas. Pada saat bekerja terjadi pembesaran pembuluh darah dibawah kulit dan bagian bawah tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh, sehingga darah terkumpul disana dan otak mengalami kekurangan suplai darah. Setelah pekerja yang pingsan dipindahkan ke ruangan yang lebih dingan dan dibaringkan untuk membiarkan darah mengalir ke otak agar korban sadar kembali.
Heat Rash
Heat rash atau biang keringat dapat terjadi pada lingkungan panas yang lembab, dimana keringat tidak bisa menguap dan menempel dikulit atau kulit tetap basah, sehingga memuncukan biang keringat. Untuk menghindari biang keringat pekerja bisa beristirahat diruangan yang dingin dan mandi bersih serta mengeringkan kulit. Jika biang keringatnya parah, maka sebaiknya berobat ke dokter kulit.

Transient Heat Fatigue
Transient heat fatigue adalah kelelahan panas sementara yang terjadi karena ketidaknyamanan akibat paparan panas yang dapat menyebabkan ketegangan mental atau psikologis. Biasanya terjadi pada pekerja yang rentan terhadap panas, dan dapat mengganggu kinerja, koordinasi dan kewaspadaan. Tingkat ketahanan terhadap panas dari pekerja yang suka mengalami transient heat fatigue dapat dinaikkan secara bertahap dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan panas.

E. Pencegahan Paparan Panas
1. Lingkungan Kerja
- Memisahkan fasilitas peralatan kerja yang dapatmenimbulkan panas di tempat bekerja dan  menggunakan material yang sudah diisolasi untuk meminimalkan pengeluaran panas pada area kerja yang lainnya; Meningkatkan aliran udara dengan menggunakan ventilasi yang memadai atau sistem mesin pendinginruangan yang memadai, terutama di tempat–tempat
kerja seperti dapur–dapur dan peti–peti logam kontener.
- Hindarilah bekerja di bawah sinar terik matahari langsung dan memasang alat pencegah panas matahari sementara jika memungkinkan.
2. Pengaturan Kerja
Hindari bekerja di lingkungan yang panas dalam waktu yang lama. Perhatikan laporan cuaca, dan semua ataupun sebagian besar pekerjaan haruslah
dijadwalkan pada:
- periode waktu yang lebih dingin, seperti di pagi hari; dan
- tempat yang lebih dingin, seperti area yang sudah ada pelindungnya atau area yang teduh
3. Sediakan Air Minum Botol Dingin
Sediakan air minum botol dingin untuk para pekerja setiap waktu selama kerja. Mendorong para pekerja untuk minum air secukupnya atau minuman lain yang layak untuk menambah cairan dan elektrolit yang hilang dari tubuh karena keringat.
4. Pakaian Yang Cocok
Pakaian dengan warna cerah akan mengurangi penyerapan panas dan membantu pengeluaran panas. Pakaian yang longgar dapat membantu penguapan keringat, tapi pakaian yang terlalu longgar dapat menyebabkan terselip atau terseret ke bagian–bagian mesin yang bergerak. Pakaian yang terbuat dari bahan alami dapat membantu pengeluaran panas. Helm dengan pinggiran yang lebar atau topi dengan tepi yang lebar dapat mencegah terik sinar matahari langsung di bagian wajah, leher dan punggung.
5. Kesehatan Pekerja
Perhatian khusus harus diberikan pada setiap laporan yang disampaikan oleh pekerja yang menderita gejala serangan hawa panas. Para pekerja harus dilatih untuk memperhatikan respon tubuhnya. Bilamana terjadi gejala serangan hawa panas, mereka harus segera menginformasikan kepada atasannya dan mengambil tindakan–tindakan memadai secepatnya. Beberapa pekerja mungkin mempunyai kesulitan kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan kerja yang panas karena keadaan kondisi kesehatan mereka atau efek dari obat – obatan. Para majikan harus memikirkan hal ini dan mempertimbangkan pemberian rekomendasi bagi para pekerja untuk pergi ke dokter saat akan memberikan tugas kerja bagi para pekerja tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja  (Hiperkes). Jakarta : CV Sagung Seto
KEP–51/MEN/I999 tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja
SNI 16-7063-2004 tentang nilai ambang batas pengendalian iklim kerja (panas)
http://healthsafetyprotection.com/heat-stress/ diakses tgl 20 oktober 2014 Pkl. 16.50 WIB