Sabtu, 02 Februari 2013

Apakah HIV & AIDS itu bisa sembuh?

Apakah HIV?
HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.

Apakah AIDS?
AIDS adalah singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.

Apa saja gejalanya?
Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi.
Satu-satunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV.

Seberapa cepat HIV bisa berkembang menjadi AIDS?
Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.

Apakah bisa sembuh?
Penelitian terbaru menunjukkan, pengidap human immunodeficiency virus (HIV) dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) bisa disembuhkan. Kuncinya terletak pada deteksi dini HIV dan pengobatan segera setelah didiagnosis dengan terapi antiretroviral (ARV).
Ketua Unit Pelayanan Terpadu HIV Rumha Sakit Cipto Mangunkusumo, Zubairi Djoerban, saat menyampaikan hasil Konferensi Internasional AIDS ke-19 Tahun 2012 di Washington DC, Amerika Serikat, akhir Juli lalu, di Jakarta, Jumat (3/8/2012), mengatakan, tiga orang pengidap HIV, masing-masing disertai leukimia akut, limfoma Hodgkin, dan limfoma non-Hodgkin, bisa sembuh total.
"Setelah pengobatan, tidak terdeteksi virus HIV pada ketiganya," katanya.
Selain terapi ARV, pengidap HIV dengan leukimia akut juga mendapat cangkok sel punca (stem cell). Setelah pengobatan, HIV-nya hilang dan leukimianya sembuh.
Sedangkan pengidap HIV dengan limfoma mendapat cangkok sumsum tulang belakang. Kini, mereka sedang menjalani uji agar bisa berhenti meminum obat.
Sementara itu, lanjut Zubairi, ada 14 orang pengidap HIV yang sembuh fungsional. "Virus tetap ada dalam tubuh mereka, tetapi tidak bisa berkembang," katanya.
Sebanyak 12 orang pengidap HIV yang sembuh fungsional segera meminum ARV setelah didiagnosis mengidap HIV. Mereka meminum ARV selama tiga tahun.
Kini, setelah tujuh tahun berhenti minum ARV, mereka tetap sehat walafiat tanpa tergantung lagi pada ARV.
Penggunaan ARV pada ibu hamil juga terbukti mampu menekan penularan HIV dari ibu hamil ke bayinya. Di Distrik Columbia, Amerika Serikat, tidak ditemukan lagi bayi yang tertular HIV dari ibunya yang mengidap HIV sejak 2009.
Temuan di sejumlah negara ini memberi harapan dapat diakhirinya pandemi HIV dan AIDS di seluruh dunia.
Dari berbagai sumber

Tidak ada komentar: